Selasa, 21 Mei 2013

Hikmah


Bunyi tak tik tuk keyboard ini mulai terdengar lagi. Hah.. lama rasanya tidak mencurahkan isi hati dalam sebuah tulisan. Harap banyak hikmah dari kejadian yang dapat dipetik bersama para pembaca.

Kini, saya sudah mulai beranjak dewasa. Azee…
Lebih tepatnya setelah berbagai kejadian yang menyita banyak waktu tenaga dan fikiran. Dimulai dengan yang namanya skripsi, ujian masuk co-ass, hingga pernikahan abang tersayang. Ups! J

By the way, congrats dulu buat abang saya Muhammad Razi, S.T, M.MSI dan kk ipar saya dr. Afifah Amatullah untuk pernikahannya. Semoga keberkahan selalu tercurah untuk abang dan kakak serta anak-anak kelak. Aamiin

Okay, stop dulu membicarakan masalah pernikahan.

Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman pertama saya di dunia per co-ass an. Hari ini adalah minggu terakhir saya di siklus pertama. Kebiasaan lama memang sulit untuk diubah. Saya menulis selalu di saat-saat akan ujian. Seperti minggu ini, minggu terakhir yang mana semua dokter muda berjibaku dengan buku-buku untuk dapat melenggang ke siklus selanjutnya dengan aman dan tenteram.

Baik, cerita ini berawal dari hari pertama saya melangkahkan kaki sebagai dokter muda di sebuah rumah sakit umum milik pemerintah di kota ini. Masih teringat oleh saya saat tiba di bangsal, saya dan teman-teman dokter muda disuruh masuk ke ruang conference dengan teratur. Duduk di hadapan ibu-ibu konsulen yang hebat. Sesaat saya terkesima dengan apa yang saya lihat saat itu. Orang-orang hebat yang ada di depan dan calon orang-orang hebat yang ada di samping kanan dan kiri saya. Semua akan menjadi teman sejawat saya sebentar lagi. In syaa Allah.

Pertemuan di ruang conference itu merupakan ajang utuk mengenal semua konsulen dan staff yang ada di bangsal. Hari pertama diisi dengan memperkenalkan diri masing-masing kepada sang tuan rumah. Setelah itu kami diberi pengarahan bagaimana menjalani per co-ass an di bagian tersebut selama 4 minggu. Dokter residen sangat membantu kami dalam segala hal walau terkadang suka marah juga kalau ada hal yang tidak berkenan.

Banyak pasien yang saya temui di bagian ini, bagian yang dekat dengan yang namanya wanita. Sebut saja bagian KK. Di bagian ini banyak hal yang saya dapatkan. Namun yang menarik perhatian saya adalah seorang anak perempuan berusia belasan tahun dengan retardasi mental datang bersama ibunda tercinta untuk mengobati penyakit pada kulitnya. Yah terlanjur kesebut. hehe J

Oke kita lanjutkan. Sang ibu terlihat begitu sabar meladeni putrinya yang terus berbicara tanpa rem. Terlihat juga wajah sendu dan letih terpancar dari ibu itu. Saya maklum, yang ada disekitar saya pun begitu. Kami biarkan saja anak itu bicara tidak jelas dan merengek meminta sesuatu pada sang ibu. 

Namun, tiba-tiba sang anak tersebut menengadahkan tangan sambil berdoa dengan lantang. Isi dari doa itu memang tidak jelas akan tetapi kami dapat menangkap bahwa ia mendoakan ibu dan ayahnya dan keselamatan untuk mereka sekeluarga di dunia dan akhirat. 

Allahu Akbar.. saya merinding mendengarnya. Setelah itu saya tidak bisa berkata apa-apa, hanya duduk termangu sambil mengaminkan doa anak sholehah itu. Maa Syaa Allah.

Mungkin ini salah satu buah manis dari kesabaran sang ibu dalam membesarkan anaknya.  Semangat terus bu, semoga Allah selalu memberi ibu kekuatan dan kesabaran yang ekstra dalam mendidik titipan Allah ini. Aamiin..

Wisma Samara 
Hari-hari menjelang ujian 22.30 WIB


Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "