Lama banget rasanya fifah gak update tulisan di blog. Maaf ya buat yang menunggu-nunggu tulisanku.. # -_-" PeDe banget.
Yap! Ada yang berubah dari blog fifah yang sekarang. Biasa.. tukar suasana di H-5 ujian blok 2.6. # what?? tobaaat fah.. belajar!!
Beginilah sobat, hari-hari menegangkan sebelum ujian memang aneh dan pelik. Biasanya di hari biasa, sok sibuk banget dan terus berkata "duh, ga sempet update tulisan di blog. Banyak deadline!". Padahal waktu sangat banyak. #time management error
Nah, sekarang? Kok pengen banget ya ngotak-atik blog? hmm.. ada yang gak beres.
Hh.. anyway,, sebentar lagi ujian blok 2.6 (gangguang sistem pencernaan) akan fifah hadapi. Semoga Allah memberi kemudahan dalam memahami dan menjawab dengan benar semua soal yang diberikan. Amin,,,,
Doakan ya sahabat.. semangat!! ^^
*selamat belajar untuk semua pembaca yang juga akan menghadapi ujian. fighting!!!
Refreshingku di liburan kali ini adalah belajar berbagai masakan...! :D
Salah satunya yaitu Ikan Bakar Ala Kak Yenti!! Yuk ,intip gimana cara pembuatannya..
Bahan-bahan :
1.Ikan nila 3 ekor
2.Jahe 1 sdm
3.Lengkuas 1 sdm
4.Bawang putih 2 sdm (agak banyak untuk ngilangin amisnya ikan)
5.Bawang merah agak banyak dari bawang putih (sesuai selera biar harum)
6.Kunyit 1 sdt
7.Kemiri 3 butir (biar semua bumbu” nyerap ke dalam ikan)
8.Daun ruku-ruku (cuma ada di sumbar katanya dan daun ini buat masak ikan aja untuk lebih menambah rasa)
9.Daun-daunan yang biasa untuk gulai (daun kunyit, daun jeruk, daun salam, sereh)
10.Cabe giling sesuai selera
11.Santan (1 buah kelapa)
Nb : jahe, lengkuas, bawang merah dan putih, kunyit, dan kemiri sudah digiling sebelumnya
Syarat :
*kalau mau buat ikan bakar yang porsinya jumbo, lebih baik digulai dulu biar bumbu meresap sempurna. Tapi gulainya di “pakek” an saketek. Baru deh dibakar.
Cara pembuatan :
ü *Masukkan santan
ü*Masukkan bumbu dan daun-daun yang sudah disediakan
ü *Garam secukupnya
ü *Kacau sampai mendidih dan kental
ü *Masukkan ikan
ü *Biarkan sampai bumbu-bumbu meresap ke dalam tubuh si ikan
ü *Matikan kompor
ü *Pindahkan ikan ke tempat yang siap untuk dibakar (sesuai peralatan yang tersedia di rumah masing-masing)
ü*Tunggu sampai mateng
Okay… Ikan bakar siap di santaappp…. Mmm,,, yummmyyyy :D
Boleh kakak bantuin dek? Suara lembut itu memaksa kepalaku menorehkan wajah ke sang pemilik suara. Siapalah gerangan wanita cantik dan baik ini. Ia mengucapkan salam, menyalami, dan mencium pipi kanan dan kiriku. “Salam semut”, katanya setelah melihat gelagatku yang tak biasa melakukan hal itu. Nifa nama kakak itu.
Beliau sangat baik, membantuku dalam mengisi lembar demi lembar kertas untuk pendaftaran ulang salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Barat. Jujur, kalau tidak ada kakak itu, mungkin aku akan berlama-lama di tempat yang gerah ini.
Setelah selesai, aku pun resmi menjadi mahasiswi fakultas kedokteran. Ayah yang sudah menunggu lama di luar gedung pendaftaran menghampiri aku dan kak Nifa. Sudah selesai mendaftarnya?, Tanya beliau. Sudah, yah.Aku pun memperkenalkan kak Nifa dengan ayah. Ayah sangat merespon ketika kakak itu menawarkan tempat tinggal untukku selama di perkuliahan ini dan akhirnya kami menuju sebuah rumah di belakang fakultas kedokteran, wisma saniya namanya.
Ayah tidak bisa berlama-lama di sini, besok beliau sudah harus ke luar negeri untuk melanjutkan pekerjaannya. Selidik demi selidik, setelah survey beberapa tempat untuk aku tinggali, pilihan kami pun jatuh kepada wisma saniya.
Di wisma itu, aku bertemu dengan orang-orang seperti ibu. Jilbabnya lebar, ibadahnya lancar, semuanya mengingatkanku akan ibu. Aku senang, karena aku dikelilingi orang-orang yang terjaga ibadahnya. Aku juga bahagia, berada di lingkungan yang mereka semua mau menerimaku walau aku tidak berjilbab lebar seperti mereka.
~
Pagi ini aku siap berangkat menuju kampus impian. Di sana aku berkenalan dengan banyak sekali teman. Aku pun langsung mendapat 2 sahabat dekat. Fira dan dira namanya. Mereka cantik, baik, dan pintar. Aku senang berada di dekat mereka.
Awal-awal perkuliahan terasa indah dengan persahabatan kami bertiga. Aku juga bergabung dalam komunitas anak Jakarta. Dan tak jarang event-event yang mereka angkatkan aku ikuti. Aku kalap.
Setengah tahun sudah aku jalani perkuliahan ini. Semua berubah, tidak seperti di awal. Mungkin lebih tepat, akulah yang berubah.
Entah mengapa, aku tentram berada di wismaku saat ini. Mungkin karena aku punya sahabat baru di kamarku. Puput namanya. Dia sama denganku. Jilbabnya tidak lebar seperti kakak-kakak di wisma. Bukan akhwat. Itulah istilah yang aku berikan kepada perempuan yang tidak berjilbab lebar.
Aku sangat menikmati ukhuwah dengan yang namanya akhwat. Lebih indah daripada persahabatanku dengan dua sahabatkuku itu. Teramat indah.
Aku dan puput mulai merombak diri. Kami selalu bersama dalam mengikuti berbagai dauroh. Aku tersadar. Alhamdulillah..
Lambat laun aku, fira, dan dira tidak sedekat dulu. Kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku sibuk dengan kegiatan dakwah, dira sibuk dengan kegiatan BEM-nya, dan fira pun tak kalah sibuk. Teman-temanku dari komunitas Jakarta pun sontak berubah dengan perubahanku. Aku sedih, aku merasa teman-temanku menjadi sedikit. Aku galau..
Namun kemudian aku tersadar, ini baru permulaan. Cobaan dan tantangan yang kuhadapi kedepan masih menanti dengan sabar.
~
Satu setengah tahun sudah aku berada di kampus ini. Aku semakin yakin bahwa jalan yang aku pilih ini tepat. Aku nyaman, sangat nyaman dengan keadaanku sekarang. Ya, jalan dakwah yang penuh cabaran.
“ukh, andai perjuangan ini mudah pasti ramai peminatnya, andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan pasti ramai yang tertarik padanya. Jika terjatuh, bangkitlah segera. Jika terluka, ingatlah janji-Nya.”
Inilah tulisanku setelah membaca sms motivasi dari salah seorang ukhti. Ia mengingatkanku akan perjalanan panjang yang telah ku lalui, seperti cerita di atas. Semoga bermanfaat. -the end-
Lagi lagi aku tidak merasa puas akan jawaban yang diberikan.
Kenapa sih? Kok gitu? Seharusnya kan gini!!
Ya, memang sudah kodratnya seorang manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang didapatkannya. Seperti aku. Masih berada di lingkaran pertanyaan yang senada dan seirama. Jawaban yang kunantikan tak kunjung tiba. Aku mulai tak kuasa dan menerima dengan lapang dada jawaban yang tidak membuatku tersenyum lega.
Begitulah pemikiranku selama ini sebelum memahami fiqh aulawiyyat/fiqh prioritas.
Oh iya, aku lupa menjelaskan apa pertanyaan yang selalu aku pertanyakan.
Begini sobat, kita semua sama-sama tahu bahwa keberadaan kita di kampus adalah amanah orang tua yang tidak bisa dipungkiri lagi, yaitu belajar dan menjadi mahasiswa berprestasi. Akan tetapi, kenyataan di lapangan membuat kita membagi fikiran untuk belajar, organisasi, dan dakwah.
Nah pertanyaan yang sudah berpuluh-puluh kali aku lontarkan adalah bagaimana ketika kita dihadapkan oleh dua pilihan, dakwah dan belajar. Pilih mana? Simplenya, ketika besok ujian, persiapan belum 100%, tiba-tiba ada agenda yang mengharuskan kita mengikutinya. So, what should we do?
Contoh lain, ketika jadwal yang sudah kita ancang-ancang untuk belajar tergantikan oleh agenda yang tiba-tiba dikabarkan. milih mana? Jujur, aku pusing tujuh keliling. Pusing memikirkan amanah ayah ibu untuk menjadi mahasiswa berprestasi di kampus. Ayah, seorang dokter dan juga dulunya aktivis dakwah kampus selalu mengingatiku agar mengurangi kegiatan-kegiatan selain belajar. Ibu pun begitu. Aku bingung, ayah dengan pengalamannya sebagai seorang aktivis dakwah, berkata seperti itu. “Fokus belajar kak.”
Aku teringat kata-kata akh ucup (Ridwansyah yusuf ahmad) yang mengatakan, “kalau mau ujian, stop dulu agenda dakwah, toh kita mempersiapkan ini untuk kemajuan dakwah kedepannya..”
Baiklah, akh ucup sepaham denganku. Tetapi sobat, lain halnya dengan yang dikatakan salah seorang ustad. Beliau berkata, “yakinlah, bantuan Allah itu ada. Ketika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Kalau dihadapkan dengan dua pilihan itu, jangan pilih salah satu, tapi gabungkan. Jadi dakwah iya, belajar juga iya.”
Mari kita analisa..
Dari pernyataan akh ucup, Aku setuju sekali dengan kata-kata “untuk kemajuan dakwah kedepannya”. Akan tetapi, yang dikatakan ustad itu juga sangat benar. Confuse? Ya. Aku juga sama.